Pecah ketuban merupakan salah satu tanda awal persalinan yang sangat penting. Ketuban pecah terjadi ketika cairan amnion yang melindungi bayi dalam rahim keluar sebelum waktu persalinan tiba. Kondisi ini harus segera ditangani dengan tepat untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi. Sayangnya, ada beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam menangani ibu hamil yang mengalami pecah ketuban. Berikut ini adalah beberapa kesalahan umum serta cara menghindarinya.
1. Tidak Segera Membawa Ibu ke Fasilitas Kesehatan
Salah satu kesalahan paling umum adalah tidak segera membawa ibu hamil ke rumah sakit atau klinik setelah ketuban pecah. Ketuban yang pecah lebih awal, terutama jika terjadi jauh sebelum perkiraan persalinan, bisa meningkatkan risiko infeksi bagi ibu dan bayi. Infeksi ini dapat membahayakan keselamatan keduanya. Oleh karena itu, penting untuk segera mendapatkan pertolongan medis ketika ketuban pecah.
2. Mengabaikan Warna dan Bau Cairan Ketuban
Kesalahan lain yang sering terjadi adalah mengabaikan warna dan bau cairan ketuban. Cairan ketuban yang normal berwarna bening dan tidak berbau. Jika cairan yang keluar berwarna hijau atau cokelat, ini bisa menjadi tanda bahwa bayi mengalami stres dalam rahim atau terjadi mekonium, yaitu keluarnya kotoran bayi sebelum persalinan. Cairan ketuban yang berbau busuk juga dapat mengindikasikan adanya infeksi. Sobat harus segera melaporkan hal ini kepada tenaga medis untuk penanganan lebih lanjut.
3. Tidak Memantau Gerakan Bayi Setelah Ketuban Pecah
Setelah ketuban pecah, penting untuk terus memantau gerakan bayi dalam rahim. Beberapa ibu hamil mungkin menganggap hal ini sepele, padahal gerakan bayi merupakan indikator penting dari kesejahteraan janin. Jika gerakan bayi berkurang atau tidak ada sama sekali setelah ketuban pecah, hal ini harus segera dilaporkan kepada dokter atau bidan karena bisa menjadi tanda adanya masalah serius.
4. Menunda Penanganan dengan Alasan Tidak Nyeri
Beberapa ibu hamil mungkin menunda penanganan setelah ketuban pecah karena merasa tidak merasakan nyeri atau kontraksi. Ini adalah kesalahan yang cukup serius, karena pecah ketuban tanpa disertai kontraksi dapat menyebabkan infeksi atau komplikasi lainnya. Kontraksi mungkin tidak langsung terjadi, tetapi hal ini tidak berarti bahwa penanganan medis bisa ditunda.
5. Tidak Mengetahui Waktu Pecah Ketuban
Kesalahan lain yang sering terjadi adalah tidak mencatat waktu ketuban pecah. Waktu pecah ketuban sangat penting karena dokter atau bidan perlu mengetahui berapa lama ketuban telah pecah untuk menentukan tindakan yang tepat. Semakin lama ketuban pecah, semakin besar risiko infeksi bagi ibu dan bayi. Oleh karena itu, sobat sebaiknya segera mencatat waktu ketuban pecah untuk disampaikan kepada tenaga medis.
Menghadapi situasi pecah ketuban membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat. Kesalahan dalam menangani kondisi ini dapat menimbulkan risiko bagi ibu dan bayi, termasuk infeksi dan komplikasi persalinan. Segera membawa ibu hamil ke fasilitas kesehatan, memantau cairan ketuban, serta memperhatikan gerakan bayi adalah langkah-langkah penting yang harus diambil. Sobat perlu selalu waspada dan tidak menunda-nunda penanganan saat ketuban pecah untuk menjaga keselamatan ibu dan bayi.
Yuk dapatkan informasi selengkapnya terkait penyakit, obat, suplemen, vaksin, vitamin, artikel kesehatan, dan seputar kefarmasian dengan mengakses laman https://pafikotamuarosijunjung.org/ sebagai laman resmi organisasi Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI).